Pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah selama 4 tahun belakangan ternyata menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kondisi rupiah saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, kepada Warta Ekonomi.
Menurutnya, pembangunan tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari pemerintah sehingga akhirnya menggunakan utang luar negeri. Pada akhirnya, hal itu menyebabkan pembalikkan uang dalam bentuk bunga dan cicilan pokoknya menggerus devisa Indonesia karena kita mengonversikan pendapatan dari rupiah ke dolar Amerika.
“Selain itu, pembangunan infrastruktur yang dilakukan juga tak melihat kondisi bahan bakunya. Akhirnya, yang terjadi adalah impor besi dan baja dalam jumlah besar. Bolong juga di defisit neraca perdagangannya, lalu permintaan rupiah turun dan permintaan valasnya akan naik,” papar Bhima.
Kemudian, Bhima juga menambahkan, diperlukan prioritas dalam membangun infrastruktur. Tanpa prioritas, pembangunan hanya akan menggerus devisa Indonesia.
“Sekarang ada 200 Proyek Strategi Nasional. Dari dulu kami (pengamat ekonomi) sudah bilang, pembangunan infrastruktur itu bagus, tetapi harus ada prioritasnya. Jadi, di tahun 2016 ketika mulai terjadi lonjakkan impor dari besi dan baja, pemerintah seharusnya melakukan evaluasi dan menghentikan beberapa proyek. Sekarang, kontrak telanjur berjalan, besi, baja, mesin, dan peralatan listrik sudah diimpor,” lanjut Bhima.
Dengan terjadinya hal itu, Bhima menilai, kini pemerintah seolah sibuk untuk menangani masalah-masalah temporer. Sementara, mereka lupa untuk mengatasi masalah-masalah bersifat struktural yang sudah terlihat sejak 2015. Salah satunya, defisit transaksi berjalan, padahal sebelumnya sempat mengalami surplus.
“Kemudian, untuk mengendalikan impor non-migas, pemerintah hanya menggunakan Pph 22, padahal itu hanya 5,5% terhadap total impor nonmigas. Mengapa yang 10 barang impor paling tinggi tidak dilakukan pemangkasan?” ujar Bhima.
Selain itu, masalah infrastruktur lainnya terletak pada pemanfaatannya. Bhima mengatakan, meskipun infrastruktur sudah dibangun, ketimpangan di daerah justru mengalami kenaikan. Menurutnya, hal itu terjadi karena kemungkinan infrastruktur hanya digunakan oleh masyarakat kota.
“Berapa banyak orang desa yang bisa menikmati jalan tol? Karena jalan tol kan harus mengeluarkan uang. Jangan-jangan, terjadi fenomena elite capture, yakni dana desa hanya dikuasai elit-elit di desa, keluarga-keluarga dari kepala desa sehingga infrastruktur tak dapat dinikmati masyarakat miskin,” kata Bima.
Jika ada yang berkata, ‘infrastruktur butuh waktu’, Bhima berujar, sampai kapan? Berapa lama lagi masyarakat harus berpuasa untuk melihat hasil infrastruktur, begitu ujarnya. Menurutnya, yang sekarang sedang dibangun saja, multiple effect-nya tidak seberapa.
“Pemabangkit tenaga listrik yang sebagian sudah berjalan, mubazir. Saya baru dapat laporan, Januari hingga September ini konsumsi listrik pertumbuhannya tidak sampai 5%. Siapa yang harus menanggung itu?” lanjut Bhima.
Menurutnya, terdapat kesalahan perencanaan dalam pembangunan infrastruktur. Yang kedua, infrastruktur tersebut ternyata hanya dinikmati kelas menengah ke atas, dan yang ketiga, infrastruktur yang diharapkan menurunkan biaya logistik malah tidak berdampak signifikan.
“Masih banyak truk yang lewat jalan-jalan arteri, walaupun sudah dibuat jalan tol. Bisa jadi, bukan jalan tol yang dibutuhkan, melainkan jalan arterinya yang harus diperluas supaya lebih tepat sasaran. Masih ada miss-match infrastruktur, realisasinya belum tepat sasaran,” papar Bhima.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah mengevaluasi kembali proyek-proyek strategis nasional Indonesia. Menurutnya, yang lebih dibutuhkan sekarang adalah pembangunan kawasan industri serta sarana pendukung di sekitarnya. Sama seperti di China, mereka menerapkan pembangunan yang mendorong industrialisasi.
“Kalau pembangunannya tidak nyambung maka akan muncul pertanyaan, untuk apa sebenarnya infrastruktur itu dibangun?” tutup Bhima.
Menghadapi persaingan dalam dunia konstruksi semakin ketat. Perusahaan Anda mungkin sudah memiliki kualitas kerja yang baik, tetapi tanpa memiliki sertifikasi yang tepat, seperti SBU Konstruksi, SKK Konstruksi, atau Sertifikat ISO, peluang untuk memenangkan tender besar bisa lenyap. Reputasi perusahaan dipertaruhkan, dan proyek-proyek besar yang seharusnya dapat Anda menangkan malah jatuh ke tangan kompetitor.
Bayangkan jika, setelah berbulan-bulan merencanakan dan mengajukan tender, Anda kalah hanya karena kurangnya sertifikasi yang diperlukan. Kompetitor Anda yang memiliki SBU Konstruksi, SKK Konstruksi, dan Sertifikat ISO tampak lebih profesional dan terpercaya di mata pemberi tender. Rasa frustrasi melihat kesempatan berlalu begitu saja karena kurangnya pengakuan formal akan kualitas dan standar yang sebenarnya Anda miliki.
Kini saatnya untuk mengubah strategi Anda. Dengan mengamankan SBU Konstruksi, SKK Konstruksi, dan Sertifikat ISO, Anda tidak hanya meningkatkan peluang memenangkan tender, tetapi juga mengokohkan reputasi perusahaan Anda sebagai pemimpin industri yang terpercaya. Sertifikasi ini adalah investasi yang tidak hanya membuka pintu ke proyek-proyek besar, tetapi juga memberikan jaminan kualitas kepada klien bahwa Anda adalah pilihan terbaik. Segera lengkapi sertifikasi Anda, dan buktikan bahwa perusahaan Anda siap memenangkan persaingan di pasar konstruksi!
Dapatkan Layanan Prioritas dengan menghubungi tim kami
Sertifikasi.co.id adalah mitra terpercaya dalam pengurusan sertifikasi profesi dan badan usaha di seluruh Indonesia. Kami menawarkan:
- Proses Cepat: Layanan yang efisien dan responsif.
- Keamanan Data: Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi Anda.
- Investasi dengan ReturnTerbaik: Paket layanan dengan nilai maksimal.
Kami siap mendampingi proses sertifikasi yang meliputi :
- ISO 9001 (QMS), 14001 (EMS), 45001 (OHSAS) , 22000, 27001 (ITSMS), 37001 (SMAP)
- SKK Konstruksi (SKA/SKT): Sipil, Mekanikal, Manajemen Pelaksanaan, K3, Manajemen Proyek.
- SBU (Sertifikat Badan Usaha) LPJK Kementerian PUPR: BUJK Nasional (Kecil Menengah, Besar, Spesialis), BUJK Asing
- SMK3 KEMNAKER RI PP 50 Tahun 2012
- AHLI K3 UMUM KEMNAKER
- Sertifikasi Alat Kemnaker RI: SIA/SILO/Suket K3 Alat (Excavator, Buldozer, Crane, Wheel Loader dll)
- Sertifikasi Operator Alat Kemnaker RI: Surat Ijin Operator SIO (Excavator, Buldozer, Crane, Wheel Loader dll)
- Pengurusan PT, CV & Virtual Office
- NIB (Nomer Induk Berusaha)
- LAI AKP (Laporan Akuntan Publik)
- SNI (Standar Nasional Indonesia)
- Serkom Kelistrikan / SKTTK DJK ESDM
- SBU JPTL (Sertifikat Badan Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik) DJK ESDM
- SIUJPTL (Surat Ijin Usaha Badan Jasa Penunjang Tenaga Listrik)