Anak Perusahaan Astra International, PT Astra Infra tengah mempelajari peluang untuk bisa ekspansi di sektor infrastruktur, selain terus memperkuat di lini bisnis utamanya yakni jalan tol dan pelabuhan.
Direktur Bisnis dan Pengembangan Astra Infra Rahmat Samulo mengatakan keterlibatan swasta untuk menggarap bandara di tanah air masih minim. “Astra Infra melihat bandara sebagai salah satu infatsruktur utama di sebuah negara maju. Untuk itu, Astra berkeinginan melihat ke sektor ini,” kata Rahmat dalam Workshop Wartawan Industri 2017 di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (6/12/2017).
Ia pun mengungkapkan saat ini pihaknya tengah melakukan studi terkait rencana untuk menggarap bisnis bandara. “Kita sedang terus melakukan studi untuk masuk ke sektor bandara,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pengelolaan terbuka kepada swasta maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dilakukan mengingat selama ini bandara yang ada sudah bernilai komersial, tetapi masih memanfaatkan anggaran APBN.
Dengan menggandeng pihak swasta, ujar Budi, akan menghasilkan efisiensi alokasi dana pemerintah untuk pengembangan 30 bandara dan pelabuhan sebesar Rp500 miliar sampai Rp1 triliun. “Karena itu, kami beri kesempatan kepada swasta bekerja sama dengan BUMN maupun BUMD di daerah,” ujarnya.
Saat ini Kemenhub sedang menggodok aturan kerja sama swasta dengan pemerintah untuk mengelola pelabuhan dan bandara. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, terdapat 10 bandara yang diusulkan untuk dikelola oleh swasta atau BUMD. Di antaranya Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Radin Inten II Lampung, dan Bandara Sentani Jayapura.